Kingdom Fungi (Jamur)

Kingdom Fungi (Jamur) – Pengertian, Ciri, Struktur dan Klasifikasi Jamur – Kingdom Fungi yang dimana dalam hal ini meliputi pengertian, ciri, struktur dan klasifikasi, nah agar lebih dapat memahami dan mengerti simak ulasan selengkapnya dibawah ini.

 

Pengertian Fungi (Jamur)

Baca Cepat  tampilkan 

Jamur (Fungi) merupakan kelompok organisme eukariot, kebanyakan multiseluler namun ada yang uniseluler dengan ciri khas yaitu talusnya yang berupa benang-benang hifa yang membentuk miselium dan memperoleh makanan dengan cara menyerap zat organic secara langsung (bersifat heterotrof).

Jamur ini tersebar luas di alam, kebanyakan hidup bebas di darat dan di air, bersama dengan bakteri dan protista, jamur saprofit berperan sebagai organise pembusuk dan pengurai materi organik. Beberapa jenis merupakan parasit yang dapat menyebabkan penyakit serius pada manusia, hewan maupun tumbuhan.

Baca Juga Artikel Terkait Tentang Materi: Jenis Bakteri Autotrof Dan Bakteri Heterotrof Beserta Penjelasannya


Ada juga yang hidup bersama atau bersimbiosis dengan organisme lain. Banyak jenis jamur yang dimanfaatkan sebagai sumber makanan secara langsung atau untuk memproses bahan makanan dan digunakan dalam industri dan laboratorium. Saat ini ditemukan tidak kurang dari 100.000 jenis jamur, ilmu yang mempelajari jamur disebut dengan Mikologi.


Ciri Ciri Jamur

Berikut ini secara umum ciri-ciri jamur antara lain sebagai berikut :

  1. Pada bentuk tubuh jamur ada yang berbentuk seperti benang maupun membentuk tubuh buah, biasanya jamur multiseluler serta ada berbentuk bulat maupun oval pada jamur uniseluler.
  2. Bersifat eukariotik yang memiliki dinding sel.
  3. Dinding selnya tersusun dari zat kitin.
  4. Jamur banyak dijumpai di tempat lembab, agak asam, pada bahan makanan, pada bahan organic serta hidup sebagai saprofit dan parasit pada tumbuhan, hewan maupun manusia.
  5. Memiliki tubuh yang berbentuk hifa, ada juga yang membentuk anyaman benang yang disebut miselium.
  6. Tubuh jamur umumnya multiseluler walaupun ada yang uniseluler.

Struktur Fungi (Jamur)

 

Berikut ini terdapat beberapa struktur fungi (jamur), antara lain:

  • Struktur tubuh fungi terdiri atas sel eukariotik yang tersusun oleh dinding sel yang mengandung zat kitin. Uniknya zat kitin pada jamur mirip dengan zat kitin pada kerangka luar athropoda sobat. Zat kitin ini tersusun atas polisakarida, sifatnya kuat dan fleksibel.
  • Benang-benang halus yang menyusun tubuh jamur disebut dengan hifa.
  • Hifa pada jamur dapat bercabang-cabang yang nantinya akan membentuk jaringan yang disebut miselium.
  • Miselium ini yang akan membentuk jalinan hingga terbentuknya tubuh buah seperti pada jamur merang.
  • Selain itu, hifa pada jamur juga memiliki pembatas atau sekat antar sel yang disebut septa. Septa pada jamur memiliki pori yang cukup besar sehingga organel sel dapat mengalir dari sel ke sel lainnya.
  • Pada beberapa jenis jamur, hifa tidak memiliki sekat yang disebut dengan hifa asepta. Hifa ini merupakan massa sitoplasma yang panjang dan mengandung ratusan hingga ribuan nucleus yang disebut dengan hifa senositik. Inti sel yang jumlahnya banyak disebabkan pembelahan inti sel yang berulang tanpa disertai pembelahan sitoplasma.
  • Adapun hifa yang bercabang-cabang dan membentuk miselium memungkinkan jamur mengabsorbsi nutrisi lebih banyak.
  • Jamur yang sifatnya parasitisme memiliki hifa yang termodifikasi yang dinamakan dengan haustorium.
  • Nah, haustorium ini memiliki ujung yang fungsinya menembus jaringan host dan mengabsorbsi nutrisi dari host.
  • Adapun hifa pada sebagian miselium berdiferensiasi membentuk alat reproduksi yang fungsinya menghasilkan spora. Miselium ini dinamakan dengan miselium generative.

Baca Juga Artikel Terkait Tentang Materi: Sel Tumbuhan – Pengertian, Organel, Fungsi dan Struktur


Reproduksi Fungi (Jamur)

 

Berikut ini terdapat dua reproduksi pada fungi (jamur), antara lain:

  • 1. Reproduksi Generatif (seksual)

Berikut reproduksi generatif (seksual), antara lain:

  1. Biasanya jamur bereproduksi secara generative karena kondisi lingkungan yang berubah atau pada kondisi darurat lainnya. Keturunan yang dihasilkan memiliki genetic yang beragam dan lebih adaptif terhadap perubahan lingkungan.
  2. Reproduksi secara generative didahului dengan pembentukan spora seksual yang memiliki jenis hifa yang berbeda.
  3. Hifa (+) dan hifa (-) yang berkromosom haploid (n) mendekat dan membentuk gametangium (organ yang menghasilkan gamet).

  4. Gametangium berplasmogami yaitu peleburan sitoplasma dan kemudian membentuk zigosporangium dikariotik (heterokarotik) dengan pasangan nucleus haploid yang belum bersatu. Zigosporangium ini memiliki dinding sel yang tebal dan kasar yang memungkinkan untuk bertahan pada kondisi lingkungan yang buruk dan kering.

  5. Bila kondisi lingkungannya membaik, zigosporangium akan menjadi kariogami (peleburan inti) sehingga zigosporangium memiliki inti yang berkromosom diploid (2n).

  6. Zigosporangium yang berinti haploid (2n) akan mengalami pembelahan secara mitosis yang menghasilkan zigospora haploid (n) didalam zigosporangium.

  7. Zigospora haploid (n) akan berkecambah membentuk sporangium bertangkai pendek dengan kromosom haploid (n).
  8. Sporangium haploid (n) akan menghasilkan spora-spora yang haploid (n) yang memiliki keanekaragaman genetik.

  9. Bila spora-spora haploid (n) jatuh di tempat yang sesuai, spora akan berkecambah (germinasi) menjadi hifa jamur yang haploid (n). Hifa akan tumbuh membentuk jaringan miselium yang semuanya haploid (n).

  • 2. Reproduksi Vegetatif ( Aseksual)

Berikut reproduksi vegetatif (aseksual), antara lain:

  1. Pada jamur yang uniseluler reproduksi vegetative dilakukan dengan pembentukan tunas yang akan tumbuh menjadi individu baru. Pada jamur yang multiseluler dilakukan dengan cara fragmentasi hifa dan pembentukan spora vegetative.

  2. Fragmentasi hifa (pemutusan hifa), potongan hifa yang putus tumbuh menjadi individu baru
  3. Pembentukan spora vegetative yang berupa sporangiospora dan konidiospora.
  4. Jamur yang telah dewasa menghasilkan spongiofor (tangkai kotak spora).
  5. Pada ujung sporangiofor terdapat sporangium (kotak spora).
  6. Di dalam kotak spora pembelahan sel dilakukan secara  mitosis dan menghasilkan banyak sporangiospora dengan kromosom yang haploid (n).

  7. Adapun jamur jenis lain menghasilkan konidiofor (tangkai konidia).

  8. Pada ujung konidiofor terdapat konidium (kotak konidiospora). Di dalam konidium terjadi pembelahan sel secara mitosis yang menghasilkan banyak konidiospora dengan kromosom yang haploid (n).

  9. Baik sporangiospora maupun konidiospora, bila jatuh di tempat yang sesuai akan tumbuh menjadi hifa baru yang haploid (n).

Baca Juga Artikel Terkait Tentang Materi: Penjelasan Perkembangbiakan Jamur Secara Spora Aseksual Dan Seksual


Klasifikasi Jamur (Fungi)

Berikut ini terdapat empat klasifikasi jamur, antara lain:

  • 1. Zygomicota

1.1 Ciri-Ciri Zygomicota

Berikut ini terdapat beberapa ciri-ciri Zygomicota, antara lain sebagai berikut:

  • Dinamakan zygomicota karena membentuk spora dengan dinding tebal yang disebut dengan zigospora.
  • Berhabitat di darat, tanah atau pada sisa organisme yang telah mati.
  • Hidup sebagai saprofit (pengurai zat organic).
  • Memiliki miselium bercabang banyak dan tidak bersekat.
  • Memiliki hifa senositik
  • Miselium memiliki tiga tipe hifa yaitu stolon, rizoid dan sporangiofor.
  • Bereproduksi secara seksual dan aseksual
  • Berperan dalam pembuatan makanan seperti Rhizopus oryzae pada pembuatan tempe

1.2 Habitat Zygomicota

Berikut ini terdapat beberapa habitat Zygomicota, antara lain sebagai berikut:

  1. Merupakan jamur terestrial (daratan)
  2. Saprofit pada makanan/pada sisa tumbuhan dan hewan
  3. Parasit pada manusia dan tumbuhan
  4. Bersimbiosis saling menguntungkan dengan organisme lain

1.3. Daur Hidup Zygomicota

Berikut ini terdapat beberapa daur hidup Zygomicota, antara lain sebagai berikut:

  1. Hifa (+) dan Hifa (-) saling berdekatan.
  2. Gametangium (+) dan Gametangium (-) saling bersinggungan.
  3. Terjadi peleburan hingga terbentuk zygosporangium yang diploid (2n).
  4. Ukuran zygosporangium bertambah besar dan memasuki masa dormansi.
  5. Zygosporangium berkecambah.
  6. Sporangium terbentuk di ujung sporangiofor.
  7. Sporangium akan pecah, dan spora akan tersebar ke luar, sehingga terjadi reproduksi aseksual.
  8. Terbentuklah individu baru

  9. Reproduksi aseksual akan terjadi setelah sporangium pecah dan spora tersebar, spora yang jatuh ke tempat yang baru akan menjadi individu baru.

1.4 Peranan Zygomicota

Berikut ini terdapat beberapa peranan Zygomicota, antara lain sebagai berikut:

  1. Rhizopus oryzae : Pembuatan tempe
  2. Mucor javanicus : Pembuatan tape
  3. Rhizopus stolonifer, Rhizopus nigricans, Mucor mucedo, Pilobolus : Pengurai saproba sisa organisme/bahan yang terbuat dari produk organism

  • 2. Ascomycota

2.1 Ciri-Ciri Askospora

Berikut ini terdapat beberapa ciri-ciri askospora , antara lain sebagai berikut:

  • Menghasilkan askospora pada reproduksi generative
  • Memiliki talus uniseluler dan multiseluler
  • Memiliki hifa yang bersepta dan tiap septa memiliki satu inti
  • Dinding hifa diperkuat dengan selulosa dan bersifat heterokaritik
  • Reproduksi vegetative dengan memperbanyak konidia, spora, tunas dan fragmentasi
  • Reproduksi generative dengan konjugasi yang digunakan untuk membentuk askospora di dalam askus. Askus biasanya dibentuk dalam tubuh buah dinamakan askokarp (askoma).

1.2 Daur Hidup Ascomycota


1.3 Peranan Ascomycota

Berikut ini terdapat beberapa peranan askospora , antara lain sebagai berikut:

  1. Saccharomyces cerevisiae : Pembuatan roti dan minuman beralkohol (mengubah gula menjadi alkohol (etanol) dan karbon dioksida)
  2. Saccharomyces ellipsoideus : Pembuatan wine dari buah anggur
  3. Saccharomyces tuac : Pembuatan tuak dari air nira
  4. Neurospora crassa : Oncom
  5. Morchella esculenta dan Sarcoscypha coccinea : Tubuh buahnya dapat dimakan
  6. Penicillium notatum dan Penicilliumchrysogenum : Antibiotik
  7. Penicilliumcamembertz dan Penicillium roqueforti : Keju

Baca Juga Artikel Terkait Tentang Materi: Alkohol – Pengertian, Jenis, Manfaat, Tata Nama dan Sifat


  • 3. Basidiomycota

3.1 Ciri-Ciri Basidiomycota

Berikut ini terdapat beberapa ciri-ciri Basidiomycota, antara lain sebagai berikut:

  • Memiliki hifa yang bersepta dengan sambungan apit
  • Bersifat saprobe
  • Tubuh buah seperti paying
  • Memiliki tangkai asimetris, pendek dan ada yang tidak bertangkai
  • Basidiospora terdapat pada permukaan lamela atau bila yang terbentuk dibagian bawah tudungnya
  • Umumnya dinamakan dengan Mushroom

  • Reproduksi aseksual dengan tunas, fragmentasi, dan konidia. Sedangkan pada reproduksi secara seksual adalah dengan cara membentuk basidiospora.

  • Basidiospora menghasilkan basidium yang memiliki bentuk seperti gada. Basidium ada yang bersekat, dan ada juga yang tidak bersekat.

  • memiliki manfaat yang dalam kehidupan manusia seperti Auricularia politricha (jamurk kuping) dapat dimakan, Volvariella volcaea (jamur merang) dapat dimakan, Ganodema applanatum digunakan sebagai obat (makanan suplemen). Ustilago scitaminae (jamur karat).

3.2 Daur Hidup Basidomycota

Daur Hidup Basidomycota 1


3.3 Peranan Basidomycota

Berikut ini terdapat beberapa peranan basidomycota, antara lain sebagai berikut:

  1. Jamur kuping (Auricularia polytricha), jamur merang (Volvariella volvacea), dan jamur shitake (Lentinula edodes) : Dapat dimakan tubuh buahnya
  2. Jamur kayu (Ganoderma) : Obat/makanan suplemen

Yang merugikan :

  1. Jamur karat (Puccinia graminis) : Parasit pada daun tanaman pertanian
  2. Punnicinia arachidis : Parasit pada tanaman kacang
  3. Ustilago maydis : Parasit pada jagung
  4. Amanita ocreata dan Amanita phalloides : Beracun dan mematikan bila dimakan
  5. Amanita muscaria : Menyebabkan halusinasi bila dimakan

  • 4. Deuteromycota

 

4.1 Ciri-Ciri Deuteromycota

Berikut ini terdapat beberapa ciri-ciri deuteromycota, antara lain sebagai berikut:

  • Memiliki hifa yang bersepta dan tubuh mikroskopis
  • Reproduksi vegetative dilakukan dengan membentuk spora dan konidia.
  • Reproduksi generatif belum diketahui sehingga mengapa Deuteromycota disebut dengan jamur tak sempurna.
  • Multiseluler
  • Bersifat parasitisme atau menyebabkan penyakit pada makhluk hidup lainnya.

  • Penyakit pada manusia yang disebabkan oleh jamur ini yaitu Kurap yang disebabkan oleh Microsporum, Trichophytom, dan Epidermophyton dan panu oleh Tinea vesicolor.

4.1 Contoh Deuteromycota

Berikut ini terdapat beberapa contoh deuteromycota, antara lain sebagai berikut:

  1. Epidermophyton floocosum, menyebabkan kutu air.
  2. Epidermophyton, Microsporum, penyebab penyakit kurap.
  3. Melazasia fur-fur, penyebab panu.
  4. Altenaria Sp. hidup pada tanaman kentang.
  5. Fusarium, hidup pada tanaman tomat.
  6. Trychophyton tonsurans, menimbulkan ketombe di kepala.

Contoh Kingdom Fungi (Jamur)

Berikut ini terdapat beberapa contoh kingdom fungi (jamur), antara lain sebagai berikut:

  • 1. Zygomicota

Antara lain:

  1. Rhizopus Oligosporus
  2. Rhizopus Stolonifer
  3. Rhizopus nigricans
  4. Pilobolus
  5. Mucor mucedo

 

  • 2. Ascomycota

 

Antara lain:

  1. Aspergillus
  2. Penicillium
  3. Saccharomyces
  4. Neurospora
  5. Higrophorus
  6. Morcella Deliciosa

 

  • 3. Basidiomycota

Antara lain:

  1. Pucinia graminae
  2. Volvariella Volvacea(jamur merang)
  3. Ustilago maydis
  4. Auricularia polytricha (jamur kuping),
  5. Pleurotus ostreatus – wild,
  6. Amanita palloides
  7. Ganoderma sp
  8. Polyporus acularius
  9. Phellinus sp
  10. Gloeophyllum striatum

 

  • 4. Contoh Deuteromycota

Antara lain:

  • Epidermophyton menyebabkan penyakit pada sela jari kaki
  • Mycosporium penyebab penyakit kurap.
  • Fusarium
  • Mycosporium, Verticellium, dan Cercos parasit pada tumbuhan.

Demikianlah pembahasan mengenai Kingdom Fungi (Jamur) – Pengertian, Ciri, Struktur dan Klasifikasi semoga dengan adanya ulasan tersebut dapat menambah wawasan dan pengetahuan anda semua, terima kasih banyak atas kunjungannya. 🙂 🙂 🙂